Beliau berkata : Gejolak cinta adalah jenis penyakit hati yang
memerlukan penanganan khusus disebabkan perbedaannya dengan jenis penyakit lain
dari segi bentuk, sebab maupun terapinya. Jika telah menggerogoti kesucian hati
manusia dan mengakar di dalam hati, sulit bagi para dokter mencarikan obat
penawarnya dan penderitanya sulit disembuhkan.
Allah mengkisahkan penyakit ini di dalam Al-Quran tentang dua tipe
manusia, pertama wanita dan kedua kaum homoseks yang cinta kepada mardan (anak
laki-laki yang rupawan). Allah mengkisahkan bagaimana penyakit ini telah
menyerang istri Al-Aziz gubernur Mesir yang mencintai Nabi Yusuf, dan menimpa
Kaum Luth. Allah mengkisahkan kedatangan para malaikat ke negeri Luth
Dan datanglah penduduk kota itu (ke rumah Luth) dengan gembira (karena)
kedatangan tamu-tamu itu. Luth berkata: "Sesungguhnya mereka adalah
tamuku; maka janganlah kamu memberi malu (kepadaku), dan bertakwalah kepada
Allah dan janganlah kamu membuat aku terhina." Mereka berkata: "Dan
bukankah kami telah melarangmu dari (melindungi) manusia?" Luth berkata:
"Inilah puteri-puteri (negeri) ku (kawinlah dengan mereka), jika kamu
hendak berbuat (secara yang halal)." (Allah berfirman): "Demi umurmu
(Muhammad), sesungguhnya mereka terombang-ambing di dalam kemabukan
(kesesatan)." [Al-Hijr: 68-72]
KRITERIA MANUSIA YANG BERPOTENSI TERJANGKIT PENYAKIT AL-ISYQ
Penyakit al-isyq akan menimpa orang-orang yang hatinya kosong dari rasa
mahabbah (cinta) kepada Allah, selalu berpaling dariNya dan dipenuhi kecintaan
kepada selainNya. Hati yang penuh cinta kepada Allah dan rindu bertemu
dengaanNya pasti akan kebal terhadap serangan virus ini, sebagaimana yang
terjadi dengan Yusuf alaihis salam:
"Artinya; Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan
perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan
wanita itu andaikata dia tiada melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar
Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu
termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih" [Yusuf : 24]
Nyatalah bahwa Ikhlas merupakan immunisasi manjur yang dapat menolak
virus ini dengan berbagai dampak negatifnya berupa perbuatan jelek dan keji.
Artinya memalingkan seseorang dari kemaksiatan harus dengan menjauhkan berbagai
sarana yang menjurus ke arah itu.
Berkata ulama Salaf: penyakit cinta adalah getaran hati yang kosong
dari segala sesuatu selain apa yang dicinta dan dipujanya. Allah berfirman
mengenai Ibu Nabi Musa:
"Artinya; Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa. Sesungguhnya hampir
saja ia menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan
hatinya" [Al-Qasas :11]
Yakni kosong dari segala sesuatu kecuali Musa karena sangat cintanya
kepada Musa dan bergantungnya hatinya kepada Musa.
BAGAIMANA VIRUS INI BISA BERJANGKIT ?
Penyakit al-isyq terjadi dengan dua sebab, Pertama: Karena mengganggap
indah apa-apa yang dicintainya. Kedua: perasaan ingin memiliki apa yang
dicintainya. Jika salah satu dari dua faktor ini tiada niscaya virus tidak akan
berjangkit. Walaupun Penyakit kronis ini telah membingungkan banyak orang dan
sebagian pakar berupaya memberikan terapinya, namun solusi yang di berikan
belum mengena.
MAKHLUK DICIPTAKAN SALING MENCARI YANG SESUAI DENGANNYA
Berkata Ibn al-Qayyim: ketetapan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan
hikmahNya menciptakan makhlukNya dalam kondisi saling mencari yang sesuai
dengannya, secara fitrrah saling tertarik dengan jenisnya, sebaliknya akan
menjauh dari yang berbeda dengannya.
Rahasia adanya percampuran dan kesesuaian di alam ruh akan
mengakibatkan adanya keserasian serta kesamaan, sebagaimana adanya perbedaan di
alam ruh akan berakibat tidak adanya keserasian dan kesesuaian. Dengan cara
inilah
tegaknya urusan manusia. Allah befirman:
"Artinya; Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan
daripadanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya”
[Al-A'raf : 189]
Dalam ayat ini Allah menjadikan sebab perasaan tentram dan senang
seorang lelaki terhadap pasangannya karena berasal dari jenis dan bentuknya.
Jelaslah faktor pendorong cinta tidak bergantung dengan kecantikan rupa, dan
tidak pula karena adanya kesamaan dalam tujuan dan keingginan, kesamaan bentuk
dan dalam mendapat petunjuk, walaupun tidak dipungkiri bahwa hal-hal ini
merupakan salah satu penyebab ketenangan dan timbulnya cinta.
Nabi pernah mengatakan dalam sebuah hadisnya:
"Artinya; Ruh-ruh itu ibarat tentara yang saling berpasangan, yang
saling mengenal sebelumnya akan menyatu dan yang saling mengingkari akan
berselisih" [3]
Dalam Musnad Imam Ahmad diceritakan bahwa asbabul wurud hadis ini yaitu
ketika seorang wanita penduduk Makkah yang selalu membuat orang tertawa hijrah
ke Madinah ternyata dia tinggal dan bergaul dengan wanita yang sifatnya sama
sepertinya yaitu senang membuat orang tertawa. Karena itulah nabi mengucapkan
hadis ini.
Karena itulah syariat Allah akan menghukumi sesuatu menurut jenisnya,
mustahil syariat menghukumi dua hal yang sama dengan perlakuan perbeda atau
mengumpulkan dua hal yang kontradiktif. Barang siapa yang berpendapat lain maka
jelaslah karena minimnya ilmu pengetahuannya terhadap syariat ini atau kurang
memahami kaedah persamaan dan sebaliknya.
Penerapan kaedah ini tidak saja berlaku di dunia lebih dari itu akan
diterapkan pula di akhirat, Allah berfirman:
"Artinya; (kepada malaikat diperintahkan) Kumpulkanlah orang-orang
yang zalim beserta teman sejawat mereka dan sembahan-sembahan yang selalu
mereka sembah" [As-Shaffat : 23]
Umar ibn Khataab dan seteelahnya Imam Ahmad pernah berkata mengenai
tafsiran wajahum yakni yang sesuai dan mirip dengannya. Allah juga berfirman:
"Artinya : Dan apabila jiwa dipertemukan" [At-Takwir : 7]
Yakni setiap orang akan digiring dengan orang-orang yang sama
prilakunya dengannya, Allah akan menggiring antara orang-orang yang saling
mencintai kareNya di dalam surga dan akan menggiring orang orang yang saling
bekasih-kasihan diatas jalan syetan di neraka Jahim, tiap oran akan digiring
dengan siapa yang dicintainya mau tidak mau. Di dalam mustadrak Al-Hakim
disebukan bahwa Nabi bersabda:
"Artinya : Tidaklah seseorang mencintai suatu kaum kecuali akan
digiring bersama mereka kelak"
CINTA DAN JENIS-JENISNYA
Cinta memiliki berbagai macam jenis dan tingkatan, yang tertinggi dan
paling mulia adalah mahabbatu fillah wa lillah (cinta karena Allah dan di dalam
Agama Allah) yaitu cinta yang mengharuskan mencintai apa-apa yang dicintai
Allah, yang dilakukan berlandaskan cinta kepada Allah dan RasulNya.
Cinta berikutnya adalah cinta yang terjalin karena adanya kesamaan
dalam cara hidup, agama, mazhab, idiologi, hubungan kekeluargaaan, profesi dan
kesamaan dalam hal-hal lainnya.
Diantara jenis cinta lainnya yakni cinta yang motifnya karena ingin
mendapatkan sesuatu dari yang dicintainya, baik dalam bentuk kedudukan, harta,
pengajaran dan bimbingan, ataupun kebutuhan biologis. Cinta yang didasari
hal-hal seperti tadi yaitu al-mahabbah al-'ardiyah akan hilang bersama
hilangnya apa-apa yang ingin didapatnya dari orang yang dicintai. Yakinlah
bahwa orang yang mencintaimu karena sesuatu akan meninggalkanmu ketika dia
telah mendapat apa yang diinginkannya darimu.
Adapun cinta lainnya adalah cinta yang berlandaskan adanya kesamaan dan
kesesuaian antara yang mencintai dan yang dicinta. Mahabbah al-isyq termasuk
cinta jenis ini tidak akan sirna kecuali jika ada sesuatu yang
menghilangkannya. cinta jenis ini, yaitu berpadunya ruh dan jiwa, oleh karena
itu tidak terdapat pengaruh yang begitu besar baik berupa rasa was-was, hati
yang gundah gulana maupun kehancuran kecuali pada cinta jenis ini.
Timbul pertanyaan bahwa cinta ini merupakan bertemunya ikatan batin dan
ruh, tetapi mengapa ada cinta yang bertepuk sebelah tangan? Bahkan kebanyakan
cinta seperti ini hanya sepihak dari orang yang sedang kasamaran saja, jika
cinta ini perpaduan jiwa dan ruh maka tentulah cinta itu akan terjadi antara
kedua belah pihak bukan sepihak saja?
Jawabnya yaitu bahwa tidak terpenuhinya hasrat disebabkan kurangnya
syarat tertentu, atau adanya penghalang sehingga tidak terealisasinya cinta
antara keduanya. Hal ini disebabkan tiga faktor; Pertama: bahwa cinta ini
sebatas cinta karena adanya kepentingan, oleh karena itu tidak mesti keduanya
saling mencintai, terkadang yang dicintai malah lari darinya. Kedua: adanya
penghalang sehingga dia tidak dapat mencintai orang yang dicintanya, baik
karena adanya cela dalam akhlak, bentuk rupa, sikap dan faktor lainnya. Ketiga:
adanya penghalang dari pihak orang yang dicintai.
Jika penghalang ini dapat disingkirkan maka akan terjalin benang-benang
cinta antara keduanya. Kalau bukan karena kesombongan, hasad, cinta kekuasaan
dan permusuhan dari orang-orang kafir, niscaya para rasul-rasul akan menjadi
orang yang paling mereka cintai lebih dari cinta mereka kepada diri, keluarga
dan harta.
TERAPI PENYAKIT AL-ISYQ
Sebagai salah satu jenis penyakit, tentulah al-isyq dapat disembuhkan
dengan terapi-terapi tertentu. Diantara terapi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Jika terdapat peluang bagi orang yang sedang kasmaran tersebut untuk
meraih cinta orang yang di kasihinya dengan ketentuan syariat dan suratan
taqdirnya, maka inilah terapi yang paling utama. Sebagaimana terdapat dalam
sahihain dari riwayat Ibn Mas'ud Radhiyallahu, bahwa Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
"Artinya : Hai sekalian pemuda, barang siapa yang mampu untuk
menikah maka hendaklah dia menikah , barang siap yang belum mampu maka
hendaklah berpuasa karena puasa dapat menahan dirinya dari ketergelinciran
(kepada perbuatan zina)"
Hadis ini memberikan dua solusi, solusi utama, dan solusi pengganti.
Solusi petama adalah menikah, maka jika solusi ini dapat dilakukan maka tidak
boleh mencari solusi lain. Ibnu Majah meriwaytkan dari Ibnu Abbas bahwa
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
"Artinya : Aku tidak pernah melihat ada dua orang yang saling
mengasihi selain melalui jalur pernikahan"
Inilah tujuan dan anjuran Allah untuk menikahi wanita, baik yang
merdeka ataupun budak dalam firman-Nya:
"Artinya : Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan
manusia dijadikan bersifat lemah" [An-Nisa : 28]
Allah menyebutkan dalam ayat ini keringanan yang di berikannya terhadap
hambaNya dan kelemahan manusia untuk menahan syahwatnya dengan membolehkan
mereka menikahi para wanita yang baik-baik dua, tiga ataupun empat, sebagaimana
Allah membolehkan bagi mereka mendatangi budak-budak wanita mereka.
Sampai-sampai Allah membuka bagi mereka pintu untuk menikahi budak-budak wanita
jika mereka butuh sebagai peredam syahwat, keringanan dan rahmati-Nya terhadap
makluk yang lemah ini.
2. Jika terapi pertama tidak dapat dilakukan karena tertutupnya peluang
menuju orang yang dikasihinya karena ketentuan syar'i dan takdir, penyakit ini
bisa semangkin ganas. Adapun terapinya harus dengan meyakinkan dirinya bahwa
apa-apa yang diimpikannya mustahil terjadi, lebih baik baginya untuk segera
melupakannya. Jiwa yang berputus asa untuk mendapatkan sesuatu, niscaya akan
tenang dan tidak lagi mengingatnya. Jika ternyata belum terlupakan, akan
berpengaruh terhadap jiwanya sehingga semangkin menyimpang jauh.
Dalam kondisi seperti ini wajib baginya untuk mencari terapi lain yaitu
dengan mengajak akalnya berfikir bahwa menggantungkan hatinya kepada sesuatu
yang mustahil dapat dijangkau adalah perbuatan gila, ibarat pungguk merindukan
bulan. Bukankah orang-orang akan mengganggapnya termasuk ke dalam kumpulan
orang-orang yang tidak waras?
Apabila kemungkinan untuk mendapatkan apa yang dicintainya tertutup
karena larangan syariat, terapinya adalah dengan mengangap bahwa yang
dicintainya itu bukan ditakdirkan menjadi miliknya. Jalan keselamatan adalah
dengan menjauhkan dirinya dari yang dicintainya. Dia harus merasa bahwa pintu
kearah yang diingininya tertutup, dan mustahil tercapai.
3. Jika ternyata jiwanya yang selalu menyuruhnya kepada kemungkaran
masih tetap menuntut, hendaklah dia mau meninggalkannya karena dua hal, pertama
karena takut (kepada Allah) yaitu dengan menumbuhkan perasaan bahwa ada hal yang
lebih layak dicintai, lebih bermanfaat, lebih baik dan lebih kekal. Seseorang
yang berakal jika menimbang-nimbang antara mencintai sesuatu yang cepat sirna
dengan sesuatu yang lebih layak untuk dicintai, lebih bermanfaat, lebih kekal
dan lebih nikmat, akan memilih yang lebih tinggi derajatnya. Jangan sampai
engkau menggadaikan kenikmatan abadi yang tidak terlintas dalam pikiranmu
dengan kenikmatan sesaat yang segera berbalik menjadi sumber penyakit. Ibarat
orang yang sedang bermimpi indah, ataupun menghayal terbang melayang jauh,
ketika tersadar ternyata hanyalah mimpi dan khayalan, akhirnya sirnalah segala
keindahan semu, tinggal keletihan, hilang nafsu dan kebinasaan menunggu.
Kedua keyakinan bahwa berbagai resiko yang sangat menyakitkan akan
ditemuinya jika dia gagal melupakan yang dikasihinya, dia akan mengalami dua
hal yang menyakitkan sekaligus, yaitu gagal dalam mendapatkan kekasih yang
diinginkannya, dan bencana menyakitkan dan siksa yang pasti akan menimpanya.
Jika yakin bakal mendapati dua hal menyakitkan ini niscaya akan mudah baginya
meninggalkan perasaan ingin memiliki yang di cinta. Dia akan bepikir bahwa
sabar menahan diri itu lebih baik. Akal, agama , harga diri dan kemanusiaannya
akan memerintahkannya untuk bersabar sedikit demi mendapatkan kebahagiaan yang
abadi. Sementara kebodohan, hawa nafsu, kezalimannya kan memerintahkannya untuk
mengalah mendapatkan apa yang dikasihinya . orang yang terhindar adalah
orang-orang yang dipelihara oleh Allah.
4. Jika hawa nafsunya masih tetap ngotot dan tidak terima dengan terapi
tadi, maka hendaklah berfikir mengenai dampak negatif dan kerusakan yang akan
ditimbulkannya segera, dan kemasalahatan yang akan gagal diraihnya. Sebab
mengikuti hawa nafsunya akan menimbulkan kerusakan dunia dan menepis kebaikan
yang datang, lebih parah lagi dengan memperturutkan hawa nafsu ini akan
menghalanginya untuk mendapat petunjuk yang merupakan kunci keberhasilannya dan
kemaslahatannya.
5. Jika terapi ini tidak mempan juga untuknya, hendaklah dia selalu
mengingat sisi-sisi kejelekan kekasihnya, dan hal-hal yang membuatnya dampat
menjauh darinya, jika dia mau mencari-cari kejelekan yang ada pada kekasihnya
niscaya dia akan mendapatkannya lebih dominan dari keindahannya, hendaklah dia
banyak bertanya kepada orang-orang yang berada di sekeliling kekasihnya tentang
berbagai kejelekannya yang tersembunyi baginya. Sebab sebagaiman kecantikan
adalah faktor pendorong seseorang untuk mencintai kekasihnya demikian pula
kejelekan adalah pendorong kuat agar dia dapat membencinya dan menjauhinya.
Hendaklah dia mempertimbangkan dua sisi ini dan memilih yang terbaik baginya.
Jangan sampai terperdaya dengan kecantikan kulit dengan membandingkannya dengan
orang yang terkena penyakit sopak dan kusta, tetapi hendaklah dia memalingkan
pandangannnya kepada kejelelekan sikap dan prilakunya, hendaklah dia menutup
matanya dari kecantikan fisik dan melihat kepada kejekan yang diceritakan
mengenainya dan kejelekan hatinya.
6. Jika terapi ini masih saja tidak mempan baginya, maka terapi
terakhir adalah mengadu dan memohon dengan jujur kepada Allah yang senantiasa
menolong orang-orang yang ditimpa musibah jika memohon kepadaNya, hendaklah dia
menyerahkan jiwa sepenuhnya dihadapan kebesaranNya, sambil memohon, merendahkan
dan menghinakan diri. Jika dia dapat melaksankan terapi akhir ini, maka
sesunguhnya dia telah membuka pintu taufik (pertolongan Allah). Hendaklah dia
berbuat iffah (menjaga diri) dan menyembunyikan perasaannya, jangan sampai dia
menjelek-jelekkan kekasihanya dan mempermalukannya di hadapan manusia, ataupun
menyakitinya, sebab hal tersebut adalah kezaliman dan melampaui batas.
PENUTUP
Demikianlah kiat-kiat khusus untuk menyembuhkan penyakit ini. Namun
ibarat kata pepatah: mencegah lebih baik daripada mengobati, maka sebelum
terkena lebih baik menghindar. Bagaimana cara menghindarinya? tidak lain dengan
tazkiyatun nafs.
Semoga pembahasan ini bermanfaat
:)
No comments:
Post a Comment